spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

143 Anak di Kaliorang Kutai Timur Berisiko Stunting, Pola Asuh dan Gizi Jadi Faktor Utama

SANGATTA – Sebanyak 143 anak di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, teridentifikasi berisiko mengalami gejala stunting. Temuan ini mencuatkan perhatian terhadap masalah gizi serta pola asuh yang masih menjadi faktor utama dalam pertumbuhan anak-anak di daerah tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutim, anak-anak yang terindikasi mengalami gejala stunting menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan terhambat, seperti berat badan kurang ideal dan tinggi badan yang tidak sesuai dengan standar usia.

Sekretaris TPPS Kutim, Achmad Junaidi, mengatakan dalam kunjungannya bersama TPPS Kutim, ditemukan ada sebanyak 143 keluarga berisiko stunting di Kecamatan Kaliorang. Menurutnya, upaya penanganan yang cepat diperlukan untuk menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.

Dikatakan, keluarga berisiko stunting di wilayah Kaliorang disebabkan oleh orangtua yang sibuk bekerja, sehingga anak-anak kurang mendapat perhatian.

“Selain itu juga masalah sanitasi. Sebagian besar wilayah telah memiliki akses air bersih, jamban sehat, dan listrik, namun ada warga di daerah kebun yang belum terjangkau jaringan pipa induk PDAM,” sebut Achmad Junaidi Senin (17/2/2025).

Baca Juga:   869 Pemancing Semarakkan SIFT di HUT ke-24 Kutim, Ada Kelas Tradisional dan Internasional

Selain faktor gizi, kata Junaidi, pola asuh dalam keluarga juga memainkan peran penting dalam perkembangan anak.

“Banyak orang tua belum sepenuhnya memahami pentingnya pola makan seimbang dan stimulasi dini bagi anak. Faktor ekonomi dan akses terhadap makanan bergizi juga menjadi kendala utama,” ujarnya.

Junaidi mencontohkan kasus yang ditemukan pada anak yang mengalami perubahan status gizi mendekati stunting di Desa Bangun Jaya, Kecamatan Kaliorang.

Orangtua anak tersebut diketahui bekerja sebagai penjual ayam, namun pola asuh yang kurang tepat menjadi salah satu faktor penyebab masalah ini.

“Anak dibiarkan bermain handphone saat makan, sehingga asupan gizi tidak terpantau dengan baik. Untuk itu, pemberian makanan tambahan (PMT) dinilai sangat diperlukan,” sebutnya.

Alhasil, masalah pola asuh juga menjadi sorotan. Anak-anak juga jarang dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan kesehatan rutin. Padahal, pola asuh yang baik sangat menentukan tumbuh kembang anak.

“Kami membutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama dalam hal edukasi dan pendampingan kepada warga dalam hal stunting,” ujarnya.

Baca Juga:   Dinkes Siapkan Proses Pengadaan SDM dan Infrastruktur Penunjang RS Muara Bengkal

Sementara itu, Camat Kaliorang, Rusmono, mengungkapkan bahwa pihaknya bersama instansi terkait akan meningkatkan sosialisasi dan program bantuan gizi bagi keluarga berisiko stunting.

“Kami akan menggalakkan edukasi bagi orang tua agar lebih memahami kebutuhan gizi anak sejak dini serta meningkatkan peran Posyandu dalam pemantauan tumbuh kembang anak,” katanya.

Temuan ini menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menangani masalah stunting yang bisa berdampak pada perkembangan kognitif dan kesehatan anak di masa depan. Pemerintah daerah diharapkan segera mengambil langkah strategis untuk menekan angka stunting di wilayah Kaliorang.

Pewarta : Ramlah Effendy
Editor : Nicha R