SANGATTA – Sejak diresmikan pada 27 Januari 2022 lalu, Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Prima Sangatta Eco Waste yang dibangun PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) bekerja sama dengan Pemkab Kutim terus menjalankan komitmennya mengatasi masalah sampah di Kutim, khususnya di Sangatta sebagai kawasan ibu kota kabupaten. Berjalan setahun hingga di 2023, TPST ini terus melakukan pengelolaan sampah yang dikirim melalui armada roda tiga, di Sangatta Utara.
Sesuai arahan Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman dalam momen peresmian sebelumnya, memang TPST ini ditujukan sebagai pengelolaan sampah tidak hanya efektif dalam menanggulangi sampah, namun ke depan juga mampu memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat. Hasilnya mendorong terbangunnya ekonomi sirkular dalam sistem pengelolaan sampah di Kutim. Jadi memang tidak hanya mengurangi sampah tapi ekonomi, dengan konsep Bank Sampah dan sebagainya.
Untuk lebih mengetahui progres terkini bagaimana dan apa saja yang dilakukan TPST ini, media ini menemui pengelola TPST yang kini dijalankan oleh Daya Mitra Multipratama (DMM). Dikatakan Penanggung Jawab Operasional (PJO) DMM Dhani Darmansyah, kini pengelolaan dan operasionalnya, DMM bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutim.
“Jadi saat ini memang DLH terlibat dan dipimpin langsung oleh seorang supervisor dalam operasionalnya yakni men-support (mendukung, red) tenaga kerja dan pengaturan suplai sampah. Sementara untuk maintenance (pemeliharaan mesin) di bawah monitoring DMM terutama dalam kinerja alat dan sebagainya,” bebernya.
Selanjutnya terkait produksi, ada tiga faktor mempengaruhi. Yakni ketersediaan dan performance (performa, red) alat mesin, ketersediaan tenaga kerja dan suplai sampah. Setiap enam bulan pasti di evaluasi. Dia menyebut dalam proses pekerjaan produksi hal tersebut menjadi hal yang lumrah. Jadi pada intinya dalam proses produksi dengan kondisi dari tiga faktor tersebut, maka kondisi yang sekarang itu sudah sesuai.
“Kita intinya terus men-support (medukung, red) kesiapan mesin, sementara untuk masalah operasional itu dicover oleh DLH Kutim. Kuncinya kami terus bersinergi untuk mencapai target produksi,” tegasnya.
Kemudian, seiring berjalan dan berkembangnya TPST ini, dengan melimpahnya jumlah sampah organik yang diserap, maka terdapat potensi manfaat lain yakni pengembangan budidaya larva maggot dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens). Hal ini untuk membantu penyerapan sampah organik yang jumlahnya sangat besar di wilayah ini. Dibuatlah budidaya maggot yang diketahui memiliki manfaat untuk pakan ternak. Jadi budidaya ini, selain mengurangi beban TPST dalam pengolahan sampah organik, juga memberikan manfaat bagi pengembangan kualitas ternak di Kutim. Sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
“Kita targetkan bulan ini akan mulai beroperasi yang akan memberikan banyak dampak positif bagi setiap stakeholder (pemangku kepentingan, red), termasuk masyarakat di dalamnya,” terangnya.
Sementara itu terkait daur ulang sampah menjadi batako, sementara ini masih trial error untuk mencari formulasi kekuatannya itu. Karena DMM memikirkan nilai ekonomisnya juga. Memang diakuinya saat ini DMM bisa membuat struktur batako yang lebih kuat, tapi jadinya tidak ekonomis dari sisi harga dan tidak bisa bersaing ke depannya.
“Jadi kita masih upayakan. Intinya kita tidak pernah berhenti untuk mencari solusinya. Karena rasionya ada tiga yaitu abu sampah, campuran pasir dan semen. Itu yang masih kita cari mixingnya yang pas. Karena abu ini agak rumit karena tidak lengket dengan air. Makanya ini menjadi tantangan dan kami tidak berhenti dalam hal eksperimen,” tegasnya.
Untuk target panjangnya ke depan, DMM terus berkomitmen mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA) Sampah di Batota. Kedua, menyerap sampah yang ada di Sangatta Utara dan pada ujungnya fokus memperpanjang umur TPA Sampah Batota. Karena di Kota Sangatta ini, untuk mengirim sampah menggunakan armada sepeda motor tiga roda. Jadi kalau dikirim sampai ke TPA Batota cukup jauh jadi harus menggunakan dump truck. Terakhir, DMM siap membantu visi misi Pemkab Kutim dan KPC dalam meraih target supremasi tertinggi dalam pengelolaan kebersihan yakni Piala Adipura.
“Intinya kami siap membantu, untuk membantu (merealisasikan) meraih Piala Adipura. Karena memang sebelumnya, dibangunnya TPST ini, fokusnya penyerapan sampah dan seiring berjalannya (waktu), tidak ada lagi viral atau komplain dari masyarakat soal sampah yang menumpuk di trotoar hingga berhamburan di depan gang. Jadi Sangatta bersih dan bebas sampah,” ujarnya.
Senada, Kepala DLH Kutim Armin Nazar menegaskan bahwa TPST ini memang sangat berkontribusi mengurangi beban TPA Sampah Batota.
“Karena memang TPST ini melakukan terobosan baik dan begitu bermanfaat dalam pengelolaan sampah yang didaur ulang. Tumpukan sampah langsung dikirim menuju TPSP di Sangatta Utara. Jadi juga dapat mengurangi mobilisasi sampah yang akan dibuang ke TPA Sampah Batota,” singkatnya saat dihubungi terpisah. (Rkt1)