SANGATTA – Pada Jumat (27/10/2023) pagi, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) menggelar upacara peringatan Sumpah Pemuda di Lapangan Kantor Bupati Kutim. Dalam kesempatan itu, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman yang menjadi inspektur upacara (Irup) di acara yang bertema “Bersama Majukan Indonesia” tersebut. Tampak hadir Ketua DPRD Kutim H Joni, Wabup Kasmidi Bulang, Dandim 0909/Kutin Letkol Inf Adi Swastika, Kapolres AKBP Roni Bonic, beberapa Pejabat Eselon 2 dan 3 dan undangan lainnya.
Dalam pidatonya, Bupati Ardiansyah Sulaiman mengatakan peringatan sumpah pemuda mengingatkan terhadap sejarah perjuangan seluruh elemen pemuda Indonesia. Para pemuda waktu itu menebar semangat menjaga jiwa patriotisme dan berhasil menyatukan visi kebangsaan yang melahirkan sebuah komitmen kebangsaan.
“Persatuan pemuda waktu itu bertumpu pada kalimat saudara Satu Tanah Air Indonesia Berbangsa Satu Bangsa Indonesia dan Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia,” kata Ardiansyah.
Dia melanjutkan, bangsa Indonesia saat ini sedang menanti bangkitnya anak-anak muda milenial dan gen z untuk mulai membangun sebuah cita-cita Indonesia masa depan. Selanjutnya, membangun optimisme kolektif bahwa suatu saat para anak muda akan mampu mewujudkan harapan Indonesia dan menjadi terhormat di antara bangsa-bangsa lain di dunia.
“Posisi Indonesia memang sedang berproses menyelesaikan persoalan korupsi, kemiskinan, pengangguran, narkoba, pornografi, hoaks serta sejumlah masalah bangsa lainnya,” ujarnya.
Tetapi, sambung ia, semua itu bukan menjadi alasan bagi para pemuda untuk berhenti dan pesimis menatap masa depan Indonesia untuk mengawali perjalanan bangsa membangun optimisme kolektif. Mestinya hal itu yang menjadi ruh perjuangan pemuda sekaligus mengantisipasi gejala pesimisme massal. Pada ruang inilah setiap pemuda dituntut harus tetap kritis dalam mengawal perjalanan. Bangsa juga optimis menatap masa depan Indonesia. Itulah yang dimaksud dengan gerakan kepemudaan yang inklusif dan integral, yaitu gerakan moral, gerakan intelektual sekaligus gerakan membangun optimisme kolektif bangsa.
“Persoalan pemuda juga kerap masih menjadi tantangan yang harus segera diatasi agar Indonesia benar-benar mampu memanfaatkan bonus demografi yang sudah terjadi sejak tahun 2012 dan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 mendatang,” katanya.
Kemudian, peran aktif pemuda harus dioptimalkan untuk menghadapi bonus demograsi tersebut. Jika masalah kepemudaan tidak ditangani segera, maka nanti saat masa mudanya lewat, tidak bisa membangun Indonesia yang maju. Maka dari itu upaya untuk mengoptimalkan peran pemuda pencegahan perilaku berisiko, pemuda harus disinergikan bersama karena pemuda akan menjadi tumpuan bagi bangsa Indonesia.
“Presiden Jokowi dalam pencanangan gerakan reformasi mental mengatakan bahwa akan menjadi suatu yang sia-sia apabila melakukan pembangunan fisik tanpa membangun pola pikir masyarakat,” tutur Ardiansyah.
Berikutnya, pesan tersebut secara jelas telah mengisyaratkan bahwa pembangunan nasional yang selama ini lebih berorientasi pada pembangunan fisik daripada berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia (SDM), hasilnya menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, setiap pemuda perlu mempunyai visi ke depan dan cita-cita untuk memproyeksikan 10, 20, bahkan 30 tahun ke depan untuk Indonesia serta memiliki peran strategis di tengah masyarakat dalam menyongsong masa depan Indonesia.
“Mari jadikan hari sumpah pemuda ini sebagai momentum pemersatu bangsa dan sumber inspirasi di dalam melaksanakan kebijakan pembangunan kepemudaan dan perekonomian bangsa yang merupakan salah satu prioritas strategis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan kepada kita untuk mampu membangun dan memajukan Indonesia,” pungkasnya.(Rkt)