spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pembangunan Sistem Drainase Sangatta Utara Terus Dioptimalkan

SANGATTA- Pemkab Kutim terus mempertegas dalam mewujudkan fasilitas infrastruktur yang memadai terutama dalam peningkatan sistem drainase di Kecamatan Sangatta Utara sebagai Ibu Kota Kutim. Pengerjaan sejumlah proyek pembangunan sistem drainase pun terus dikebut.

Contohnya di Jalan Walter Mongonsidi yang lokasinya tak jauh dari perempatan monumen Patung Singa. Di jalan tersebut, drainase dibangun lebih baik. Pada salah satu sisinya terlihat drainse sudah selesai dikerjakan, sementara sisi lainnya masih dalam tahap penyelesaian. Kegiatan serupa juga tengah berlangsung di sekitar Jalan Dayung serta Jalan Kabo Jaya.

Sementara itu di Jalan APT Pranoto, pengerjaan sistem drainase oleh kontraktor proyek nampaknya sudah hampir selesai. Seperti drainase di simpang empat APT Pranoto, Jalan Sudirman dan Jalan Diponegoro. Arus lalu lintas mengarah ke Jalan Diponegoro yang sebelumnya mesti ditutup dan dialihkan, kini sudah bisa dilintasi para pemotor.

“Untuk mobil masih belum, menunggu konstruksinya siap dilintasi,” ujar salah seorang pekerja yang enggan disebutkan namanya.

Pembangunan sistem drainase di Jalan APT Pranoto, terkoneksi dengan drainase di Jalan Walter Mongonsidi. Proyek dimaksud mulai dikerjakan sejak Oktober 2023 lalu dengan biaya Rp 25 miliar. Terus mendapat perhatian Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman yang telah beberapa kali melakukan peninjuan lapangan.

Baca Juga:   Presentasi Kelurahan di Kutim, Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Melalui Belanja Desa Berkualitas

“Sesuai kontrak kerja pembangunan tiga sistem drainse perkotaan di Sangatta dikerjakan sampai Agustus 2024. Semoga tidak ada kendala dan selesai tepat waktu,” harap Bupati Kutim Ardiansyah didampingi Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Ade Sudrajat kala itu.

Perlu diingat Kembali proyek peningkatan sistem drainse lainnya yakni Jalan Dayung terkoneksi ke Jalan Sidodadi, Ilham Maulana hingga Singa Gembara memakan biaya Rp 40 miliar. Sedangkan program yang sama di Jalan Poros Kabo menelan anggaran Rp 28 miliar.

Setelah sistem drainase yang baik terbangun, diharapkan akan sangat membantu proses mengalirnya air pada saat musim hujan. Sehingga dapat membantu mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar lahan tersebut bisa berfungsi secara optimal sesuai dengan kegunaannya. Mencegah banjir, meminimalkan dampak negatif dari aliran limpasan untuk kualitas air sungai.(Rkt)