SANGATTA – Dalam peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK yang ke-52 tahun, Dinas Ketahanan Pangan (Diskepang) Kutim menggelar Festival Pangan Lokal Lomba Cipta Menu B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman), dengan tema “Mendorong Penetapan Konsumsi Pangan B2SA dengan Memanfaatkan Olahan Pangan Lokal. Agenda yang berlangsung selama dua hari itu mulai tanggal 28 sampai 29 Juni 2024 digelar di Ruang Meranti Kantor Bupati Kutim.
Ketua TP PKK Kutim Siti Robiah Ardiansyah, mengungkapkan alasannya mengapa ia menggelar Festival Pangan Lokal, sebab Kutim merupakan daerah yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA)-nya.
“Kalau bahan makanan saja, daerah Kutim ini insyaallah tidak akan kekurangan,” ujarnya.
Namun, ia mengatakan, jangan hanya terpaku kepada padi atau beras, sebab banyak penggantinya yang bisa didapatkan di daerah Kutim ini.
“Tadi rata-rata peserta menampilkan singkong, ubi, pisang, dan juga ada tawas, nah inilah merupakan kekayaan alam kabupaten Kutim yang harus kita eksplorasi dan munculkan untuk pengganti beras,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan, B2SA merupakan makanan yang sehat yang mesti disosialisasikan dan disampaikan kepada masyarakat.
“B2SA ini juga merupakan program dari pusat yang harus digulirkan, sebagai makanan yang berpotensi menurunkan stunting, “ucapnya.
Sementara, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman dalam sambutannya mengatakan, ketahanan pangan dan gizi masih menjadi isu penting di samping ketahanan ekonomi, energi dan lain sebagainya.
Pasalnya, pangan merupakan ketahanan dasar dan hak asasi yang harus terpenuhi dengan kuantitas dan kualitas yang baik cukup dan berkelanjutan.
“Pangan yang terdiri dari beras, sayur, buah, ikan, dan hasil ternak, harus ada dan terjangkau oleh masyarakat khususnya masyarakat Kutim,” tuturnya.
Walau beras masih menjadi pilihan utama makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Khusus di Kutim dari data setiap tahunnya mengomsumsi beras sebanyak 39.464 ribu ton. Sedangkan kemampuan produksi beras di Kutim sendiri itu hanya 14.670 ribu ton. Masih ada sisa 29 ton yang harus dipersiapkan.
Oleh karena itu, dengan kondisi tersebut maka tidak terlepas dengan kebutuhan protein dan gizi. B2SA adalah salah satu alternatif yang harus dipersiapkan.
“Paling tidak menu ini ada di rumah tangga. Karena konsepnya B2SA, kalau ini bisa disajikan di rumah tangga ia akan menjadi menu yang tidak bergantung kepada beras,” katanya.
Selain daripada itu, B2SA juga bertujuan mengeliminasi stunting, dengan konsep B2SA maka semaksimal mungkin diupayakan memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dalam rumah tangga.
“Kita harapkan B2SA ini menjadi menu utama yang disajikan masyarakat rumah tangga,” tutupnya. (Rkt2)