KALIORANG – Yayasan Ashaf Baco Medo menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah/2024 Masehi, Senin (16/9/2024). Acara ini berlangsung di Halaman Sekolah Dasar (SD) Assalam Kaliorang dengan menghadirkan Ustaz KH Muhammad Rasyid Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai penceramah. Lebih spesial kegiatan ini dihadiri langsung oleh Bupati Kutai Timur (Kutim), Ardiansyah Sulaiman didampingi istri Siti Robiah.
Turut hadir dalam acara yakni Kadisdikbud Kutim Mulyono, Kepala BKPSDM Kutim Misliansyah, Camat Kaliorang Rusnomo, Ketua Yayasan Ashaf Baco Medo H Jaenuddin, Kades Bukit Harapan Heri Wibowo, Kepala Sekolah SD Islam Assalam Kaliorang Khairil serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Bupati Ardiansyah menyampaikan bahwa bertemu dengan ulama adalah sebuah kesempatan yang sangat luar biasa. Ia mengingatkan agar jangan sampai melewatkan kesempatan untuk belajar dari para ulama.
“Sebagai informasi, saya bukan lulusan pondok pesantren. Namun, sejak SMP, guru-guru saya adalah para kiyai yang telah membimbing saya. Di antaranya KH Abdul Majid, KH Iskandar, dan KH Syirat Salman, yang semuanya merupakan tokoh di Samarinda. Selain itu, tetangga saya, Lukman Sholeh, dan KH Marhani juga turut memberikan pengajaran. Saya yakin, keberkahan dari ilmu yang mereka ajarkan itulah yang membuat saya bisa sampai di titik ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Bupati Ardiansyah menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk sektor pendidikan. Ini terlihat dari berbagai program yang sudah berjalan, seperti pembangunan ruang kelas baru, pemberian beasiswa, pengadaan seragam sekolah, pengadaan buku wajib dan buku pendamping, serta penyediaan internet gratis bagi sekolah negeri dan swasta, yang akan dilakukan secara bertahap.
“Tahun ini, kita juga akan mengangkat 4.303 TK2D menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Ini adalah komitmen kami untuk menyelesaikan permasalahan tenaga honorer di Kutai Timur,” jelasnya.
Sementara itu, Pengurus Yayasan Ashaf Baco Medo, Anwar, menjelaskan bahwa luas lahan yang dimiliki yayasan tersebut mencapai 14 hektare. Dari total lahan itu, 6 hektare dialokasikan untuk pendidikan, sementara 8 hektare lainnya digunakan untuk mendukung pembiayaan pondok pesantren. Di lahan ini terdapat berbagai usaha seperti perkebunan kelapa sawit, perkebunan pisang, sarang burung walet, tanaman gaharu, dan lain-lain.
“Ini semua untuk menunjang kegiatan pondok, karena jika kami tidak membangun sumber ekonomi yang mandiri, kami akan kesulitan dalam mengembangkan dan membiayai pondok pesantren ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa setelah pondok pesantren ini berdiri selama beberapa waktu, perhatian dari pemerintah mulai terlihat. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembangunan fasilitas seperti laboratorium komputer, ruang UKS, dan ruang kepala sekolah. Semua itu merupakan bentuk partisipasi pemerintah dalam membantu Yayasan Ashaf Baco Medo.
“Saat ini, jumlah siswa terus bertambah. Untuk kelas 1 saja, pendaftarnya hampir mencapai 40 orang, sehingga ruang kelas yang ada tidak mencukupi. Kami berharap kepada Bapak Bupati agar berkenan membantu pembangunan ruang kelas baru, sehingga kami bisa semakin bersemangat dalam turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa,” harapnya.
Dalam ceramahnya, KH Muhammad Rasyid, menjelaskan bahwa sebagai seorang Muslim tidak boleh bersikap serakah. Islam mengajarkan bahwa rahmat Allah SWT diperuntukkan bagi seluruh alam semesta, bukan hanya untuk umat Islam saja. Namun demikian, umat Islam memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan nilai-nilai kasih sayang itu dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.
“Rahmatan lil ‘alamin adalah manifestasi dari kasih sayang Allah SWT kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang hidup dan bergerak, yang bernapas dan tumbuh, maupun yang tidak bernyawa. Rahmat ini tidak dapat dipisahkan dari kerasulan Nabi Muhammad SAW, yang diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah contoh teladan yang sempurna dalam menegakkan keadilan, kesederhanaan, dan kasih sayang terhadap sesama.
“Nabi Muhammad SAW adalah panutan yang sempurna bagi kita dalam segala aspek kehidupan. Kita harus menjadikan beliau sebagai contoh dalam bersikap, berperilaku, dan menjalani kehidupan sehari-hari,” katanya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjalankan salat lima waktu sebagai wujud kepatuhan dan penghambaan kepada Allah.
“Sholat adalah tiang agama. Dengan melaksanakan salat, kita menjaga hubungan kita dengan Allah SWT. Salat lima waktu bukan hanya kewajiban, tapi juga cara kita menunjukkan ketaatan dan ketundukan sebagai hamba-Nya,” ungkapnya. (Rkt)