SANGATTA – Irwan Fecho, politisi asal Kutai Timur (Kutim), mendorong Pemerintah Kabupaten Kutai Timur untuk lebih serius mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) sebagai salah satu pendorong utama kebangkitan ekonomi di wilayah timur Kalimantan.
Menurut Irwan, KEK Maloy memiliki potensi besar yang jika dikelola dengan baik, dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi daerah, bahkan negara. Kawasan yang terletak di Kabupaten Kutim ini memiliki posisi strategis, dikelilingi oleh sumber daya alam yang melimpah, termasuk sektor perkebunan, pertambangan, hingga energi terbarukan.
“KEK Maloy ini bukan hanya aset daerah, tapi juga masa depan ekonomi nasional. Pemerintah daerah harus aktif menggandeng investor dan mempercepat pembangunan infrastruktur penunjangnya,” ujar Irwan dalam bincang santai bersama awak media di Kedai Kopi Meet Point, Selasa (8/4/2025).
Irwan menegaskan pentingnya menghidupkan kembali kawasan industri strategis yang telah terbengkalai lebih dari satu dekade itu.
“KEK Maloy ini sudah hampir 10 tahun tidak fungsional. Investasi tidak kunjung datang. Kalau tidak segera ditangani, potensi besar ini akan terus terbuang,” tegas Irwan.
Putra asli Sangkulirang itu menyebut saat ini ada peluang konkret untuk mengaktifkan KEK Maloy melalui program transmigrasi lokal dari Kementerian Transmigrasi RI. Program ini berbeda dari skema lama karena menghadirkan pemukiman modern, infrastruktur dasar yang lengkap, serta integrasi dengan pengembangan ekonomi wilayah.
“Ini bukan sekadar memindahkan orang, tapi membangun wilayah. Ada pendidikan, kesehatan, jalan, dan pemberdayaan ekonomi. Bahkan tetap menjaga kearifan lokal,” paparnya.
Ia optimistis, ketika KEK Maloy aktif, kawasan tersebut akan menjadi magnet investasi dan pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kalimantan Timur.
“Kalau sudah bergerak, KEK Maloy akan menarik pelaku usaha datang sendiri, seperti bunga yang didatangi kumbang,” ucap politisi yang pernah duduk di Komisi V DPR RI.
Untuk mendorong percepatan itu, Irwan mengaku telah berdiskusi dengan Bupati Kutim dan tengah merancang agenda audiensi dengan Kementerian Transmigrasi serta kementerian terkait lainnya. Proses tersebut ditargetkan berujung pada penandatanganan MoU dan PKS agar program segera berjalan.
Selain KEK Maloy, Irwan juga mengungkapkan dua infrastruktur penunjang yang tidak kalah penting, yakni Pelabuhan Kenyamukan dan Bandar Udara Sangkima. Dia mendorong Pemkab Kutim melanjutkan pembangunan pelabuhan dengan dukungan APBD, setelah sebelumnya mendapatkan Rp100 miliar dari APBN.
“Saya yakin, kalau ditopang APBD, awal 2026 pelabuhan sudah bisa fungsional,” tegasnya.
Sementara itu, mengenai Bandara Sangkima, Irwan menyatakan kesiapannya menjembatani Pemkab Kutim dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kehutanan agar proyek tersebut tidak lagi mangkrak.
“Tiga proyek ini harus berjalan bersama. KEK Maloy aktif, pelabuhan jalan, bandara menyusul. Itulah pondasi masa depan ekonomi Kutim,” pungkasnya.
Penulis : Ramlah Effendy
Editor : Nicha R