SANGATTA – Sepuluh tahun lalu, tak banyak yang membayangkan sebuah rumah sakit di pesisir Kutai Timur (Kutim) bisa punya layanan operasi mata modern tanpa jahitan. Tapi hari ini, RS Sangkulirang menandai tonggak baru dalam pelayanannya.
Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, meresmikan langsung tiga fasilitas medis baru di RS tersebut. Ketiga fasilitas itu adalah layanan operasi katarak dengan metode phacoemulsifikasi, alat USG 4 dimensi, dan ruang CSSD yang memperkuat standar sterilisasi alat medis.
Dulu, rumah sakit ini hanya punya satu dokter spesialis. Kini, delapan dokter spesialis aktif melayani masyarakat. “Ini buah dari dukungan semua pihak sejak masa Gubernur Isran Noor hingga hari ini,” ujar Direktur RS Sangkulirang, dr Azizah bin Smitf sambil mengenang masa awal rumah sakit berdiri di tahun 2015.
Suasana haru dan bangga terasa saat Bupati Ardiansyah memukul gong tanda peresmian. Ia berjalan meninjau ruangan-ruangan baru, termasuk ruang operasi yang kini bisa digunakan setiap hari untuk pasien katarak. “Tak perlu tunggu bakti sosial lagi,” jelas Direktur RS Kudungga dr Yusuf yang juga hadir dalam acara.
Sebelumnya, operasi katarak hanya bisa dilakukan dua kali dalam lima tahun terakhir. Alat phacoemulsifikasi yang diadakan lewat dana APBD ini memungkinkan pasien pulang keesokan hari pascaoperasi, tanpa jahitan, dan dengan masa pemulihan yang jauh lebih singkat.
Bukan hanya tentang alat canggih. Perjalanan ini juga soal komitmen. Komitmen untuk hadir di wilayah yang sering kali luput dari perhatian.
“Kami ingin jumlah dokter spesialis di pesisir terus bertambah. Kami juga sedang siapkan program ‘dokter keliling’ agar pelayanan menjangkau desa-desa,” ujar Bupati Ardiansyah.
Dengan semangat gotong royong dari pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, pelayanan kesehatan di Kutim terus bergerak maju. Dari ujung pesisir Sangkulirang, harapan itu kini nyata, layanan kesehatan yang manusiawi, modern, dan merata.
Pewarta : Ramlah Effendy
Editor : Nicha R