spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pengrajin Serat Kayu Angkat Warisan Leluhur: Kayu Talun Mulai Langka, Perlu Upaya Pelestarian

SANGATTA – Di tengah arus modernisasi yang terus berkembang, seni kerajinan serat kayu talun yang merupakan warisan budaya masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan mulai menghadapi tantangan serius. Kayu talun, bahan baku utama yang digunakan dalam kerajinan ini, kini semakin sulit ditemukan akibat alih fungsi hutan dan lambatnya regenerasi pohon.

Salah satu pengrajin yang masih konsisten melestarikan warisan ini adalah Tuen, warga KM 10, Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur. Ditemui saat mengisi salah satu stan pada Expo Diskop Kutim, Sabtu (28/6/2025), Tuen menjelaskan bahwa kerajinan serat kayu bukan hanya bernilai estetika, tetapi juga sarat makna budaya dan spiritual.

“Kayu talun punya serat unik, kuat, dan lentur. Sangat cocok untuk dibuat tas, topi, tempat sirih, bahkan interior rumah. Tapi sekarang sudah mulai langka,” ujar Tuen, seorang pengrajin Dayak di KM 10, Sangatta Selatan yang ditemui di salah satu stan Expo Diskop Kutim, Sabtu (28/6/2025).

Ia menuturkan, proses pembuatan serat kayu dimulai dari pemilihan batang yang tepat, lalu dikuliti dan dijemur hingga kering. Setelah itu, kayu diiris menjadi serat tipis dan dianyam menjadi berbagai produk kerajinan. Meski terkesan sederhana, keterampilan ini diwariskan secara turun-temurun dan memerlukan ketekunan tinggi.

Baca Juga:   Waspada! Marshmallow Berlabel Halal Diduga Mengandung Babi, Disperindag Kutim Turun Tangan

“Ini bukan sekadar kerajinan, tapi simbol identitas dan cara kami menjaga alam. Kalau kayu talun hilang, hilang juga warisan budaya kami,” tambahnya.

Pemerintah daerah pun diminta turun tangan. Selain upaya pelestarian, pengrajin berharap ada dukungan dalam bentuk pembibitan kembali kayu talun dan pelatihan regenerasi pengrajin muda agar warisan ini tak putus.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kutai Timur, Teguh Budi Santoso dalam kesempatan berbeda, mengakui pentingnya menjaga keseimbangan antara ekonomi dan pelestarian budaya. “Kita punya kekayaan lokal yang luar biasa. Produk seperti ini bisa jadi ikon Kutim, tapi harus dijaga dari hulu ke hilir. Perlu sinergi dengan Dinas Kehutanan dan juga para tokoh adat,” ujarnya.

Dengan semakin tumbuhnya minat pasar terhadap produk natural dan etnik, serat kayu dari kayu talun sebenarnya menyimpan potensi ekspor yang besar. Namun tanpa perlindungan nyata terhadap sumber bahan baku, masa depan kerajinan ini kian terancam.

Pewarta : Ramlah Effendy
Editor : Nicha R