spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Disdikbud Kutim Bantah, Tak Ada Diskriminasi kepada Anak SD Positif HIV di Muara Ancalong

SANGATTA – Seorang anak di Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), yang didiagnosis positif HIV, saat ini belajar di rumah melalui metode homeschooling. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim, Mulyono, menegaskan bahwa keputusan ini bukanlah bentuk diskriminasi, melainkan atas permintaan orang tua anak tersebut demi kebaikannya.

“Clear itu permintaan orang tuanya. Mereka menyampaikan bahwa mereka ingin yang terbaik untuk anaknya dan meminta agar anaknya belajar di rumah. Keputusan ini diambil melalui musyawarah dengan berbagai pihak, termasuk sekolah dan puskesmas,” ujar Mulyono saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (14/1/2025).

Anak yang saat ini duduk di kelas 5 SD tersebut sebelumnya didiagnosis menderita anemia aplastik, yang membuat tubuhnya rentan terhadap infeksi. Dalam perjalanan pengobatan, ia dinyatakan positif HIV meskipun kedua orang tuanya negatif.

“Anemia aplastik membuat tubuh anak rentan terhadap infeksi. Untuk melindungi anak itu dari risiko tertular penyakit lain seperti flu dari teman-temannya, disepakati pembelajaran dilakukan melalui homeschooling,” jelas Mulyono.

Baca Juga:   Santri di Ponpes Hubbul Wathon Diduga Keracunan Makanan, Kini Ditangani Intensif

Ia menegaskan, keputusan homeschooling ini semata-mata demi kebaikan anak dan tidak ada unsur diskriminasi.

“Homeschooling ini untuk melindungi anak, bukan diskriminasi. Kami bersama orang tua, pihak sekolah, dan puskesmas selalu mendukung kebutuhan pendidikannya,” tambahnya.

Mulyono juga mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan anak tersebut kini berangsur pulih setelah sekitar tiga tahun terakhir tidak lagi membutuhkan transfusi darah. Orang tuanya pun telah mengajukan permohonan agar anaknya dapat kembali bersekolah secara formal.

“Kami masih menunggu surat pernyataan dari dokter hematologi. Jika dinyatakan layak untuk belajar secara umum, kami siap memberikan kesempatan bersekolah sambil terus melakukan monitoring,” ujar Mulyono.

Disdikbud Kutim menegaskan komitmennya dalam memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua anak di wilayahnya.

“Tidak ada istilah diskriminasi. Justru kami ingin memberikan ruang yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan terbaik,” tutupnya.

Penulis: Ramlah
Editor: Agus S