SANGATTA – Ritual adat tepung tawar dan mendam, menjadi tanda awal penggunaan jalan baru Poros Keraitan menuju Segading Lama, Senin (8/11/2021). Di bawah guyuran hujan lebat, ritual berlangsung lancar dan penuh hikmat.
Ritual dipimpin Kepala Adat Desa Keraitan Gagai, dihadiri Camat Bengalon Suharman, Manager Bengalon Community Relation and Development (BCRD) Syahruldin, Ketua RT Segading Lama Ramlitun, Tokoh Muda Dayak Lukas Himuq serta stakeholder lain.
Syukuran diawali ritual mendam, atau mengubur kepala sapi.
Usai mendam, acara dilanjutkan ritual tepung tawar. Saat ritual ini, semua hadirin diurapi tepung tawar, yang merupakan campuran bahan tepung beras, air kunyit, dan bahan pewangi.
Kepala Adat Desa Keraitan Gagai mengatakan, ritual tepung tawar dan mendam merupakan tradisi nenek moyang yang masih dilestarikan masyarakat Dayak Basap.
Ritual ini bertujuan membangun harmoni antara alam dengan manusia. Jika relasi antara alam dengan manusia berjalan seimbang, maka akan tercipta keselamatan dan kemakmuran bersama.
Usai ritual tepung tawar dan mendam, berlangsung pantang selama tiga hari. Dalam masa pantang ini, jalan yang baru dibangun, tidak boleh dilalui oleh siapapun. Untuk memastikannya, jalan dipasangi barikade oleh masyarakat adat. “Pada masa pantang ini, jalan tidak boleh dilalui. Setelah tiga hari baru barikade dibuka dan jalan bisa dipakai (dilalui),” kata Gagai.
Manager BCRD Syahruldin mengatakan, dalam tiap operasionalnya, KPC menghormati tradisi lokal. Sebab, penghormatan tradisi itu merupakan salah satu nilai dasar perusahaan. “Salah satu nilai yang dijunjung tinggi KPC adalah penghormatan terhadap tradisi lokal. Karena itu kami mendukung ritual mendam dan tepung tawar ini,” kata Syahrul.
Lebih lanjut dia meminta semua pihak agar mematuhi syarat pantang yang merupakan lanjutan dari ritual tepung tawar dan mendam. “Kami mengikuti semua prosesi ini dan memohon kepada semua pihak agar mengikuti syarat pantang, bahwa selama tiga hari tidak boleh melewati jalan baru ini,” kata Syahruldin.
Tokoh Muda Dayak Lukas Himuq menyampaikan apresiasinya kepada KPC karena terus membangun sinergi antara masyarakat adat dalam proses operasionalnya. “Kami bersyukur bisa melihat langsung sinergi antara KPC dengan masyarakat adat di wilayah Desa Keraitan ini. Kami mengapresiasi karena KPC menghargai adat kami, masyarakat Dayak,” kata Lukas.
Menurut tradisi Dayak, jelas Lukas, membuka hutan harus disertai ritual mendam dan tepung tawar. Demikian juga dengan membangun jalan, yang bisa dimaknai sama dengan membuka lahan. “Kedepan kami berharap sinergi antara KPC dengan masyarakat adat terus dipupuk dan dijaga,” katanya.
Usai ritual mendam, digelar acara syukuran makan bersama. Menu utamanya tak lain adalah daging sapi yang menjadi hewan kurban ritual mendam. Syukuran berlangsung dalam suasana akrab di rumah Kepala Adat Keraitan Gagai, di Kampung Segading Lama. (ref)