SANGATTA – Dalam menghadapi krisis iklim global yang semakin mendesak, upaya mitigasi menjadi kunci utama untuk melindungi lingkungan dan masyarakat. Di tengah gencarnya inisiatif lingkungan, proyek perubahan (Proper) berbasis ekonomi hijau yang diusung di Kutai Timur (Kutim) muncul sebagai harapan baru. Proyek ini dipelopori oleh Sulastin, Staf Ahli Bupati Kutim dan peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Tahun 2024, serta mendapatkan dukungan kuat dari berbagai pihak, termasuk PT Kaltim Prima Coal (PT KPC), perusahaan tambang terbesar di wilayah tersebut.
Nanang Supriyadi, Manager Community Empowerment PT KPC, secara resmi mengungkapkan dukungan penuh perusahaan terhadap inisiatif Sulastin.
“Kami sangat mendukung proyek perubahan ini. Ibu Sulastin, sebagai peserta PKN Tingkat II Angkatan IX Tahun 2024, telah menunjukkan komitmen tinggi untuk memajukan konsep ekonomi hijau, yang sejalan dengan visi kami dalam mengurangi dampak perubahan iklim,” kata Nanang.
Nanang melanjutkan, dukungan dari PT KPC tidak hanya sebatas kata-kata. Perusahaan melihat proyek ini sebagai kesempatan untuk memperkuat sinergi antara sektor swasta, masyarakat, dan pemerintah daerah. Proper diharapkan membuka peluang bagi kolaborasi yang lebih luas dalam pengembangan kebijakan dan implementasi aksi nyata di lapangan.
“Kami berharap proyek ini memberikan dampak positif yang signifikan, baik bagi lingkungan maupun perekonomian masyarakat,” tegas Nanang.
Proyek Proper yang digagas Sulastin berfokus pada penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sumber daya alam, terutama di kawasan wisata. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kutim secara berkelanjutan tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.
“Ekonomi hijau bukan hanya tentang pelestarian lingkungan, tetapi juga tentang menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal,” jelas Sulastin.
Keprihatinan terhadap perubahan iklim yang semakin mengancam keseimbangan ekosistem dunia mendorong Sulastin untuk meluncurkan proyek ini. Ia percaya bahwa sektor pariwisata Kutim memiliki potensi besar yang bisa dikembangkan dengan pendekatan ekonomi hijau.
“Kami ingin menciptakan destinasi wisata yang ramah lingkungan dengan penggunaan sumber daya yang bijaksana dan pengurangan emisi karbon,” tambahnya.
Selain dukungan dari PT KPC, Pemkab Kutim juga berperan aktif melalui program “Green Growth”. Program ini dirancang untuk mengintegrasikan isu perubahan iklim dalam pembangunan ekonomi daerah, dengan harapan dapat mempercepat realisasi proyek ekonomi hijau.
“Kami yakin konsep ekonomi hijau ini akan membawa manfaat besar bagi pelaku UMKM dan komunitas tradisional di sektor wisata. Ekowisata memiliki potensi besar untuk berkembang lebih lanjut,” ungkap Sulastin.
Dengan potensi alam yang melimpah, Kutim berpeluang besar untuk menjadi destinasi ekowisata terkemuka di Indonesia. Sulastin berharap bahwa melalui Proper, pariwisata di Kutim dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan jangka panjang. Dukungan dan sinergi berbagai pihak diharapkan menjadikan proyek Proper sebagai contoh nyata kolaborasi efektif antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Sulastin optimis, Proper akan menjadi model untuk proyek-proyek serupa di masa depan, membawa Kutim menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.(Rkt)