SANGATTA – Tugu Bundaran di depan Masjid Al-Faruq, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), menjadi sorotan publik meskipun dirancang sebagai ikon baru dengan bentuk bulan sabit yang elegan dan rencana air mancur di puncaknya.
Namun, desain tugu yang belum selesai pembangunannya menuai kontroversi. Sebagian masyarakat menilai bentuknya tidak menyerupai bulan sabit sebagaimana dirancang, tetapi lebih mirip helm motor cross.
Menanggapi kritik tersebut, anggota DPRD Kutim dari Fraksi Gerindra, Novel Tyty Paembonan, menyatakan bahwa setiap pembangunan bertujuan menghadirkan nilai dan makna positif bagi masyarakat, namun kritik masyarakat adalah hal yang wajar.
“Tentu kita ingin pembangunan itu memiliki nilai dan makna yang baik untuk semua. Yang terpenting, pembangunannya harus sesuai aturan, dikerjakan dengan baik, dan bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Novel saat ditemui di Kantor DPRD Kutim.
Politisi Gerindra ini juga menyarankan agar dinas terkait melakukan sentuhan ulang pada tugu tersebut, agar bentuknya lebih sesuai dengan konsep awal bulan sabit.
“Kalau kita merasa pembangunan itu belum maksimal, coba dipoles agar lebih cantik dan memiliki nilai estetika yang lebih baik. Teman-teman (wartawan) juga bisa mengonfirmasi langsung ke dinas terkait,” tambahnya.
Pemerintah Daerah Kutai Timur memulai pembangunan Tugu Bundaran Masjid Al-Faruq pada tahun 2023 dengan anggaran sebesar Rp2,5 miliar dari APBD. Diharapkan tugu ini dapat menjadi ikon baru yang merepresentasikan keindahan dan keunikan Kutim.
Pewarta: Ramlah
Editor: Agus S.