SANGATTA– Gelandangan dan pengemis (gepeng) di Sangatta, Kutai Timur (Kutim) kucing-kucingan dengan satpol PP. Para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) ini tak kapok berkeliaran kendati berkali-kali dirazia.
Uniknya, tak sedikit di antara gepeng yang diamankan berasal dari luar daerah atau pendatang.
Keberadaan gepeng sering ditemukan di jalan protokol Yos Sudarso hingga simpangan Lampu Merah. Mereka turun ke jalan dengan berbagai bentuk rupa. Ada yang bermodal alat musik, busana badut, melumuri badan dengan cat silver, hingga orang tua.
Mereka mengais iba dari pengendara yang berhenti di persimpangan jalan. Para gepeng mendatangi satu per satu pengguna jalan atau sekadar duduk di trotoar sambil mengacungkan wadah. Keberadaan gepeng membuat tidak nyaman sebagian kalangan masyarakat.
”Bikin resah. Apalagi pengemis anak-anak dan yang bawa bayi itu,” kata Iwan, pengendara di Jalan Pendidikan, Senin (9/12/2024).
Maraknya keberadaan gepeng sudah sering dirazia satpol PP. Namun, penindakan itu tampaknya tak membuat gepeng jera. Meski berkali-kali diamankan, mereka tetap kembali beroperasi. Penegak Perda selalu dibuat kucing-kucingan dengan gepeng.
Hal ini diakui Kasatpol PP Kutim, Fata Hidayat. Menurutnya, petugas patroli rutin berkeliling untuk mengantisipasi keberadaan gepeng.
”Tim operasional setiap hari rutin patroli. Tapi setelah dua minggu diamankan begitu, sudah kembali lagi. Ya kucing-kucingan,” sebut Fata.
Dirinya menyebut tak jarang petugas mengamankan gepeng yang sama lebih dari satu kali. Setelah ditindak dan diberi pembinaan, tak lama mereka sudah didapati kembali turun ke jalan. Tak hanya itu, diakuinya, para gepeng yang berkeliaran sebagian besar berasal dari luar kota.
”Sudah tiga kali kami mengamankan pengamen badut. Dan, dia bukan orang sini, tapi asal Madura. Kita minta pulang tapi ya balik lagi,” terangnya.
Fata menyatakan, situasi jalan yang ramai menjadi sasaran empuk pengemis dan pengamen mengais rezeki. Tak herak jika para gepeng pendatang menyerbu Sangatta. Sayangnya, keberadaan mereka menimbulkan persoalan.
”Penindakan kami situasional. Ada saatnya represif tapi juga pendekatan secara humanis,” tandasnya.
Pewarta : Ramlah Effendy
Editor : Nicha R