SANGATTA – Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman menyambut kedatangan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Aji Muhammad Arifin dan Ratu berserta rombongan dalam acara malam ramah tamah Majelis Pemangku Ada dan Budaya (MPAB) Kutim di Pendopo Rujab Bupati Kutim, Senin (3/3/2024) malam.
Mengawali sambutannya, Ardiansyah menyampaikan ucapan selamat datang kepada Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Aji Muhammad Arifin dan Ratu Ing Martadipura.
Bupati merasa bersyukur dan bangga bisa bersilaturahmi dengan Sultan dan Ratu Ing Martadipura dari Keraton Kutai Tenggarong. Acara yang berlangsung hangat tersebut turut dihadiri Ketua Harian Lembaga Adat Kutai Kaltim Prof Syahrun mewakili Ketua Umum Syahbani dan Ketua Umum LAK Kutim Rusdi Noor beserta seluruh pengurus.
“Lembaga atau organisasi yang terkait dengan kedaerahan di Kaltim dan Kutim banyak sekali. Jadi khusus untuk Kutai baru saja saya melantik IPB atau Ikatan Pemuda Borneo dan beberapa bulan lalu Sempekat Keroan Kutai juga dilantik. Serta banyak lagi organisasi Kutai di Kutim ini,” kata Bupati.
Berikutnya akan segera dikukuhkan MPAB Kutim. Setelah itu akan memilih pemangku.
“Jadi kami ndik (tidak bahasa Kutai, red) menyebut ketua adat, karena sesuai dengan undang-undang Kutai Pemangku, bukan ketua dan kepala, ini yang kita tunggu,” kata Ardiansyah.
Kesempatan bersua dengan Sultan lantas digunakan Bupati untuk menyampaikan program dukungan terhadap pembangunan adat dan budaya di daerah ini. Salah satunya program pembangunan gedung adat Kutai. Saat ini sudah hampir 95 persen dan hampir selesai, tinggal menyiapkan perangkatnya termasuk juga halamannya.
“Jadi, insyaallah gedung adat itu nanti akan menjadi tempat pelantikan MPAB Kutim. Karena mengacu kepada struktur di Kutai, Sultan merupakan pemangku adat tertinggi dan di bawahnya harus mengacu ke sana,” tegasnya.
Sesuai dengan hasil konsultasi dan koordinasi kesultanan Kutai, maka nantinya Majelis Pemangku Ada dan Budaya Kutim ini menjadi bagian tak terpisahkan dengan Kesultanan. Nantinya, sambung Ardiansyah, bisa jadi akan dibentuk Lembaga Pemangku Adat dan Budaya tingkat Kota dan Kabupaten. Hal tersebut didasari oleh sejarah bahwa wilayah kekuasaan Kesultanan Kutai dulu itu luas sekali.
“Tetapi adat Kutai harus ada di mana-mana sesuai dengan kekuasaan kesultanan Kutai yang pernah ada di Kalimantan Timur,” harap Bupati di akhir sambutannya seraya mempersilakan yang ingin benyanyi dan betingkilan.
Di akhir acara Bupati berkesempatan menyanyikan sebuah lagu Kutai berjudul Sungai Sangatta, diiringin kelompok tingkilan Kutai. (Rkt)