spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

PUPR Kutim Bongkar Penyebab Jalan Gampang Rusak: Dari Tanah Lempung hingga Beban ODOL

SANGATTA – Kerusakan jalan yang sering terjadi di berbagai titik di Kutai Timur (Kutim) bukan semata persoalan teknis konstruksi atau bahan baku. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kutim mengungkapkan bahwa faktor alam dan teknis menjadi penyebab utama rapuhnya infrastruktur jalan di daerah ini.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas PUPR Kutim, Joni Abdi Setia, menjelaskan bahwa kondisi geoteknik tanah di Kalimantan Timur (Kaltim), khususnya Kutim, menjadi tantangan serius dalam pembangunan jalan. Wilayah ini didominasi oleh jenis tanah lunak dan lempung ekspansif, yaitu tanah yang bersifat kembang-susut dan sangat peka terhadap air.

“Tanah kita punya tingkat kembang susut yang tinggi. Saat hujan, air masuk ke pori-pori badan jalan, menyebabkan struktur di bawahnya bergerak. Akibatnya, permukaan aspal retak, turun, bahkan berlubang,” jelas Joni saat diwawancarai, Kamis (26/6/2025).

Selain karakteristik tanah, tingginya curah hujan dan kondisi hidrologi yang tidak menentu juga turut mempercepat kerusakan. Beberapa ruas seperti Jalan Poros Sangatta–Bengalon kerap mengalami longsor dan ambles. Hal serupa juga terjadi di kabupaten tetangga dan bahkan pada jalan tol Balikpapan–Samarinda.

Baca Juga:   Hari Disabilitas Internasional, Kadisdikbud Kutim : Mereka Punya Kemampuan

Namun, Joni menegaskan bahwa persoalan ini bukan tanpa solusi. Ia menyebut bahwa metode konstruksi yang tepat serta perencanaan matang sangat menentukan ketahanan jalan. Salah satu aspek penting adalah sistem drainase.

“Tanpa drainase yang baik, air akan menggenang di sisi jalan dan meresap ke lapisan bawah. Ini mempercepat kerusakan dari dalam. Struktur jalan jadi jenuh air dan tidak kuat menopang beban,” paparnya.

Selain faktor alam, kerusakan juga diperparah oleh ulah manusia, terutama kendaraan bermuatan lebih atau Over Dimension Over Loading (ODOL). Beban kendaraan yang melebihi kapasitas menjadi salah satu penyebab utama cepat rusaknya jalan.

“Setiap jalan dan jembatan dibangun dengan batas maksimal beban. Kalau dilanggar terus, lama-lama pasti rusak,” tegasnya.

Sebagai penutup, Joni mengajak seluruh masyarakat untuk ikut berperan menjaga infrastruktur jalan yang sudah dibangun. Menurutnya, kesadaran kolektif dalam merawat jalan dan jembatan sangat diperlukan untuk memperpanjang usia pakai infrastruktur.

“Pemerintah bisa membangun jalan, tapi merawatnya butuh partisipasi semua. Jangan rusak sendiri, mari kita jaga bersama,” tutupnya.

Baca Juga:   Kelapa dan Santan Langka di Sangatta, Pedagang Keluhkan Minimnya Pasokan

Pewarta: Ramlah
Editor: Agus S