SANGATTA – Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja (Disnakertrans) Kutai Timur (Kutim), Roma Malau, tak tinggal diam menghadapi kritik tajam yang menyebut dinasnya tak memiliki database tenaga kerja. Alih-alih terpancing emosi, Roma memberi tanggapan yang lugas namun penuh tekanan, sebuah “kemarahan elegan” yang sarat data dan capaian.
“Tanpa database, orang tidak akan bekerja. Saya punya semua datanya,” ujar Roma dengan nada tegas, saat dikonfirmasi di Ruang kerjanya, Selasa (6/5/2025).
Pernyataan ini merupakan respons atas kritik yang disampaikan oleh Hari Prasetyo, Pimpinan LPK Bina Karya Education (BKE), dalam podcast Pemuda Kutim Hebat yang tayang di YouTube JSN Kaltim sehari sebelumnya. Dalam podcast itu, Hari menyebut Disnakertrans Kutim belum memiliki sistem database tenaga kerja yang mampu menjawab kebutuhan pasar kerja tahun 2025.
Roma menilai tudingan tersebut tidak hanya keliru, tapi juga menunjukkan minimnya komunikasi antar pihak yang mestinya bisa saling mendukung.
“RTTK saya jelas. Rencana Tenaga Kerja Daerah itu jadi acuan kerja kami. Bahkan sampai Oktober 2024, serapan tenaga kerja sudah lebih dari 64.000 orang melampaui target 50.000 dari Bupati,” paparnya.
Ia juga membeberkan langkah strategis yang tengah dijalankan, termasuk gelaran job fair pada 9–10 Mei mendatang yang menargetkan penyerapan 10.000 tenaga kerja baru. Sebanyak 17 perusahaan sudah menyatakan siap berpartisipasi.
Tak hanya soal penyaluran kerja, Roma menyoroti upaya menciptakan lapangan kerja melalui pelatihan vokasi.
“Kami tidak hanya mencarikan kerja, kami ciptakan wirausahawan. Ada MoU dengan perusahaan untuk dukung alat pasca pelatihan. Ini kerja nyata, bukan konsep semata,” tegasnya.
Disnakertrans Kutim juga tengah membangun Sisdatrim, sistem informasi digital ketenagakerjaan yang memetakan kebutuhan tenaga kerja secara real-time. Roma menekankan, sistem ini akan jadi tulang punggung pengambilan kebijakan ke depan.
“Kalau bilang tidak ada data, itu menyakitkan. Datanglah, mari lihat langsung. Kami terbuka. Tapi jangan bicara tanpa dasar, itu menyesatkan publik,” ucapnya.
Meski dikritik, Roma tetap membuka ruang diskusi. Ia menilai sinergi dengan LPK penting, asal dilandasi komunikasi dan pemahaman yang sama terhadap data dan fakta di lapangan.
Kritik boleh, katanya, asal konstruktif dan tidak menutup mata terhadap apa yang sudah dikerjakan. “Kami tidak anti kritik. Tapi jangan juga asal bicara. Ini bukan soal perasaan, ini soal tanggung jawab publik,” tutupnya dengan nada tenang namun menggetarkan.
Pewarta : Ramlah Effendy
Editor : Nicha R