SANGATTA — Kawasan Taman Bersemi atau yang lebih dikenal sebagai Lapangan STQ di Sangatta, Kutai Timur (Kutim), akan dikembalikan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau dan lapangan olahraga. Pemerintah Kecamatan Sangatta Utara pun mengusulkan relokasi pedagang yang selama ini berjualan di area tersebut.
Camat Sangatta Utara, Hasdiah Dohi, mengatakan keberadaan pedagang mengubah fungsi awal kawasan tersebut. Ia menegaskan STQ seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk aktivitas olahraga dan ruang publik bagi masyarakat.
“Kita ingin kembalikan fungsinya seperti semula. Lapangan ini seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga warga,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (9/4/2025).
Rencana relokasi ini menurut Hasdiah sudah di sosialisasikan dengan para pedagang yang melapak di kawasan STQ.
“Melihat kondisi STQ yang saat ini kumuh dan tak terawat. Jadi memang perlu pembenahan sehingga kami keluarkan surat edaran agar para pelapak membongkar sendiri dan mencari tempat usaha yang baru. Namun hingga 1 Januari 2025 tak ada pergerakan,” sebut Hasdiah.
Hasdiah menambahkan pihak kecamatan pun mengundang pelapak untuk kembali melakukan rapat koordinasi.
“Jadi setelah diberikan waktu hingga 1 Januari lalu tapi tak ada pergerakan dari pelapak, kami kembali mengundang rapat kepada pelapak agar kami juga tahu berapa sih pelapak yang terdata ini dan dari hasil rapat disepakati jadwal pembongkaran dilakukan 1 April, namun di 1 April kan Lebaran sehingga baru kemarin dieksekusi, itu pun baru pemutusan jaringan listrik,” papar Hasdiah.
Camat menegaskan langkah ini bukan untuk mematikan usaha para pedagang, melainkan untuk menata kawasan agar lebih tertib dan sesuai peruntukannya.
“Kami memahami kekhawatiran para pedagang. Namun, langkah ini bukan untuk menutup usaha mereka, melainkan agar kawasan ini bisa lebih rapi dan nyaman bagi semua pihak. Kalau kawasan ini tertata pasti pengunjung juga akan lebih ramai datang,” pungkas Hasdiah.

Rencana relokasi pedagang dari kawasan STQ menuai penolakan dari sebagian pelaku usaha. Mereka menilai kawasan tersebut telah menjadi tempat mereka menggantungkan hidup selama bertahun-tahun.
“Di sinilah kami mencari nafkah setiap hari. Kalau dipindahkan, kami takut kehilangan pelanggan dan pendapatan menurun,” ujar salah satu pedagang, Rabiah, yang sudah berjualan di kawasan STQ selama lebih dari lima tahun.
Para pedagang mengaku belum mendapatkan kejelasan terkait lokasi relokasi dan kesiapan fasilitas penunjangnya. Mereka berharap pemerintah setempat bisa mempertimbangkan ulang kebijakan tersebut atau setidaknya memberikan solusi yang tidak merugikan pedagang kecil.
“Kalau mau dibenahi, sebaiknya lapak yang sudah tidak aktif saja yang dibongkar, kami yang masih berjualan berharap tetap diizinkan, apalagi kami selalu buka tiap hari dan pasti tetap membersihkan area lapak kami,” tutupnya.
Pewarta : Ramlah Effendy
Editor : Nicha R