MUARA WAHAU – Tarian Long Diang Yun yang dibawakan oleh Sanggar Tari Dinas Pariwisata (Dispar) Kutai Timur (Kutim) berkolaborasi dengan muda-mudi Desa Nehas Liah Bing menjadi suguhan atraksi menarik di Embob Jengea yang menjadi puncak rangkaian kegiatan pesta adat dan budaya Lom Plai 2024 di Lapangan Sepak Bola Desa Nehas Liah Bing Kecamatan Muara Wahau, Sabtu (20/4/2024). Disusul dengan salah satu kegiatan yang sudah ditunggu oleh pengunjung yakni Tarian Hudoq yang sebelumnya dilakukan ritual khusus suku dayak Wehea.
Tari Long Diang Yung menceritakan kisah Putri Long Diang Yung yang zaman dulu saat padi keadaan kering, putri itu bisa menumbuhkan kembali di daerah kita (Wahau Wehea). Long Diang Yung anak dari Diang Yung Ratu Dayak Wehea, yang mana Ratu Dayak Wehea itu mengorbankan anaknya hingga meneteskan darah demi menyuburkan kembali padi di wilayah Wehea. Tetesan darahnya itulah yang dapat mengalir ke tanah, dan sampai tumbuh kembali padi yang ada di daerah Wahau.
Prosesi itu tergambarkan lewat Tarian Long Diang Yung yang mampu dibawakan dengan rapi dan kompak oleh para penari. Hal ini pun mendapatkan respon positif dari Staf Bidang Pengembangan Bidang Usaha Kemenparekraf RI Masruroh dalam sambutannya. Ia menegaskan Kutim sangat besar potensinya dari segala bidang mulai dari lagu Mars Kutim tadi sungguh menggugah semangat, hingga kegiatan Lom Plai menjadi gambaran sajian kearifan lokal.
“Kekayaan daerah suku dayak Wehea ini harus kita komunikasikan. Mengangkat ide asli adat lewat event sangat tepat lanjut dimanifestasikan. Nilai-nilai adat menjadi kekuatan ekonomi daerah dengan adanya upacara adat kembali jati diri kita meningkatkan perekonomian daerah,” tegasnya.
Selanjutnya dikatakan Masruroh, bersama Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim berkolaborasi dengan Dispar Kutai TImur (Kutim) tentunya akan menilai dampak dari event ini.
“Dari ekonomi seberapa jauh memberikan kontribusi untuk ekonomi daerah bahkan nasional. Saya tentunya akan lapor ke Menparekraf RI Bapak Sandiaga Uno, jika event semakin meningkat kunjungan wisatawan dan tentunya ke depan bahkan bisa mendatangkan wisatawan nasional hingga internasional,” sebutnya.
Ditambahkan Masruroh, di sini semuanya sudah jalan lewat publikasi masif dengan kekuatan sosial media (sosmed) dapat menggaungkan Lom Plai mulai dari konten kreator, selebgram, duta wisata hingga masyarakat yang semuanya menjadi duta wisata dalam memperkenalkan Lom Plai ke khalayak luas.
Tahun ini, Lom Plai memasuki tahun kedua event Kemenparekraf RI dalam program Karisma Event Nusantara (KEN).
“Ini tentunya tidak mudah karena dinilai oleh bukan dari kementerian, provinsi bahkan kabupaten namun dinilai dari oleh para kurator budaya yang mengedepankan aspek promosi, manfaat, hingga publikasinya terhadap ekonomi, jadi terjadi event Sustainable (berkelanjutan). Kutim memiliki itu semua, digali lewat kearifan lokal dan hidup harus menghargai alam dan nilai luhur budaya kita. Saya berharap event ini bisa multiplier effect (efek berganda) bisa sepanjang tahun, sepanjang tahun semakin baik. Ke depan, Kemenparekraf akan berdiskusi lanjut untuk bagaimana meningkatkan event ini bisa skala internasional.
Sementara itu, Kepala Lembaga Adat Dayak Wehea Ledjie Taq mengutarakan masyarakat adat Wehea tentunya sangat bangga ini kedua kalinya event Lom Plai masuk program KEN Kemenparekraf RI.
“Semua ini berkat bantuan pemerintah dan provinsi bekerja keras untuk Wehea. Bahu-membahu untuk kebanggaan Wehea, karena Lom Plai adat istiadat turun-temurun nenek moyang hingga sekarang merupakan salah satu wujud syukur kepada alam dalam memberikan kehidupan yang layak kami tinggali dan memberikan udara air dan tanah sehingga hasil pertanian dapat dinikmati,” singkat pria yang meraih plakat Kalpataru di zaman era pemerintahan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) 2010 silam.(Rkt)